Harapan Masih Ada
Apa yang salah dengan waktu? Bukan kah waktu berputar sesuai dengan
sendirinya? Mengapa aku harus menyalahkan waktu dengan keadaanku yang tidak
kuinginin. Hidupku hancur bahkan aku tidak tahu berbuat apa saat aku melihat kedua
orangtua ku tertidur lelap dihadapanku. Nafas terhenti waktunya pun terhenti. Hanya
ucapan selamat tinggal yang kuucapkan. Hatiku sakit,tercabik-cabik,bahkan lukanya
sudah begitu dalam. Kecelakaan itu membuat keluargaku tidak akan bisa kulihat
lagi,hanya adikku yang bertahan dirumah sakit. Sekarang,aku tinggal berdua dengan
adikku,dia masih berumur 9 tahun. Sedangkan aku kelas 3 SMA. Minggu depan aku
akan UN ini adalah awal yang berat bagiku.
“rey bangun dik,sekolah!”
“mama mana ka?papa juga?bukannya setiap hari mama yang bangunin aku?
“udah kamu bangun aja cepat sekolah,ntar mama marah”
“iya ka,tunggu aku berdoa dulu. Aku mau bicara dengan Tuhan”
“terserah kamu tapi cepat,kakak mau siap-siap juga. Kakak hari ini ujian”
“iya kak”
Awal hari tanpa orangtua kujalani dengan adikku,aku menyembunyikan
keaadaan yang sebenarnya. Sekarang tugasku hanya sekolah dan menyelesaikan
sekolahku. Lebihnya aku akan bekerja untuk membiayai sekolah adikku. Kelam kurasa
tapi inilah yang sebenarnya harapanku menjadi dokter tidak mungkin akan kucapai. Ini
adalah batas kesabaranku,aku mulai benci dengan Tuhan. Tuhan tidak adil
denganku,dia memanggil orangtuaku padahal aku masih membutuhkan mereka.
Empat hari berlalu Ujiaanku selesai,dan aku berencana akan mencari pekerjaan
untuk biaya hidup kami. Sebelum adikku pulang sekolah jam 13:00 aku akan mencoba
menjadi pencuci kain dengan gaji harian. Lumayan bagiku mendapatkan uang 50ribu
perhari. Sehingga bisa membeli nasi dan ayam goreng kesukaan adikku. Hari ini aku
mendapat pekerjaan disebuah rumah mewah dan mendapat uang 50 ribu,aku
langsung membeli nasi untuk makan siang nanti sebelum menjemput adikku.
“kak udah seminggu aku ngak lihat mama sama papa,mereka kemana? Aku
kangen kak. Terus ini kok beli nasi bungkus? bukannya mama biasanya masak ayam
kesukaan aku?” memebuka percakapan dimeja makan.
“dek,kamu kenal bibi Ani yang dikampung kan? Mama sama papa kesana
soalnya anaknya nikah. Terus kata papa mereka bakalan cari kerja dan titipin kamu
sama kakak. ”
“oh iya ka,palingan juga lusa pulang kan kak?terus kak bukannya kemaren aku
sama papa mama? Terus waktu kami naik mobil ada mobil besar yang menabrak kami”
“mungkin kamu hanya mimpi dik,udah ngak usah dipikirin kamu makan terus
istirahat ya”
“ tapi kak kenapa kaki dan tanganku diperban?”
“ohh itu,kemaren kan kakak jemput kamu ke tempat bibi Ani terus kita
kecelakaan dijalan dik”
“terus kakak nggak kenapa-kenapa kan?”
“nggak kok dik”
Aku menyembunyikan yang sebenarnya,aku memulai drama hidupku yang terus
kujalani hingga adikku tumbuh dewasa. Aku menjalani skenario Tuhan yang sulit untuk
ku tebak. Sudah 7 tahun kujalani hidupku tanpa orangtua. Aku selalu memikirkan masa
depan adikku bagaimana kedepannya sehingga aku bekerja keras dan mengasilkan
banyak uang. Hingga suatu hari saat dia dewasa dia bertanya padaku.
“hai gadis cantik yang selama ini merawatku,bagaimana kabar papa mama?
Udah lama aku ngak ketemu mereka kak. Kakak bilang mereka ketempat bibi Ani dan
mencari pekerjaan tapi kok ngak pulang-pulang?”
Pertanyaan yang berat bagiku untuk menjawabnya. Aku hanya diam dan tak
berbicara apapun saat itu. Aku meninggalkan adikku diruang tamu dan berlari ke
kamar. Aku menuangkan semuanya isi hatiku di depan foto orangtuaku. Aku
menangis,ingin rasanya aku menjerit tapi ini bukanlah waktu yang tepat.
kulap air mataku dan pergi mengambil minum,saat aku melewati kamar adikku aku
mendengar sesuatu
“Tuhan,udah 7 tahun mama sama papa aku ngak pulang-pulang. Kata kakak
mereka bekerja tapi aku nggak pernah dengar kabar mereka hingga aku dewasa
seperti ini. Apa mereka udah nggak sayang sama aku dan kakak? Bukankah engkau
berkata “Mintalah,maka akan diberikan kepadamu;carilah,maka kamu akan
mendapat;ketoklah,maka pintu akan dibukakan bagimu”? Tuhan aku Cuma minta
pertemukan aku dengan orangtuaku.Aku juga ngak mengerti kenapa kakak nggak
pernah menyebut namamu. Nggak pernah mengajak aku keGereja,ngak pernah suruh
aku baca Alkitab. Bahkan aku belajar agama juga karena diajar sama orangTua
temanku yang pekerjaannya Pendeta.Tuhan aku kangen orangtuaku,mungkin aku
seperti anak kecil yang mengadu padaMu. Tapi aku mau engkau berikan Kakak
kekuatan. Dia udah sekolahin aku hingga aku besar gini. Aku janji Tuhan aku bakalan
jadi orang sukses dan bahagian kakak”
Aku menangis mendengar perkataan adikku,memang aku salah udah jauhin
Tuhan dalam hidupku. Aku melakukan ini karena aku tau aku nggak sanggup
menerima perbuatan Tuhan padaku 7 tahun yang lalu. Aku menyembunyikan
kebenaran pada adikku. Pekerjaanku,bahkan apa yang kulakukan selama bekerja.
Kumasuki kamar adiku dan menepuk bahunya aku menangis bahkan sulit bagiku
berbicara padanya. Tapi akan kucoba untuk mengtaakan sebenarnya.
“hai rey...”
“ehh kak angel..”
“lagi apa kamu?”
“lagi ngadu sama Tuhan kak”
“udah berapa lama kamu ngadu sama Tuhan?”
“sejak aku nggak pernah lihat mama papa kak!”
“ada yang mau kakak omongin,tapi kakak mau kamu jangan benci sama kakak
ya dik. Kakak sayang sama kamu”
“apaan kak?”
“sebenarnyaaa.......”
“yaa...?”
“sebenarnya mama sama papa udah meninggal 7 tahun yang lalu dik”
“apa? Kakak becanda kan? Kakak bilang kalau mama sama papa cuma bekerja”
“nggak dik,dengerin kakak! Kakak minta maaf udah sembunyiin ini semua.
Kakak tau kakak salah”
“kakak jahat....”
Rey pergi,ia meninggalkanku sendirian dirumah,ia pergi berhari-hari. Aku
mencoba mencarinya tapi temannya berkata udah seminggu ia tidak masuk sekolah.
Badanku semakin kurus memikirkan adikku,aku tidak memikirkan makan lagi hingga
suatu ketika aku terjatuh dan temanku membawaku kerumah sakit. Dokter memvonis
aku terkena penyakit leukimia stadium 2. Hancur hatiku semakin pedih kurasakan
hidupku. Aku hanya berbaring ditempat tidur sambil menunggu adikku. Sudah 2 bulan
ia tidak kembali kerumah aku menangis. Sekarang aku hanya bisa bertumpu pada satu
titik yaitu temanku. Hanya dia yang membantuku sejauh ini.
Hari ini aku dirawat,temanku berkata kalau rey datang kerumahku. Aku berharap
dia menemui kakaknya yang jahat ini. Hingga suatu sore saat temanku pergi bekerja
adikku datang dan membuat pilu hatiku. Dia melihat keadaan kakaknya yang buruk
bahkan akan mati.
“kak maafin rey ya,aku tau aku salah udah ninggalin kakak sendirian hingga
kakak kayak gini. Aku pergi selama ini untuk mengetahui sebenarnya kak. Aku tinggal
dirumah bibi Ani dikampung. Aku udah tau semuanya kak. Aku minta maaf ya kak. Aku
mau jagain kakak,aku ngak mau kehilangan kakak setelah kehilangan mama sama
papa kak. Maafin aku kak”
“udah dik ngapapa,kamu harus sekolah lagi yaa,kamu harus sukses. Kakak
nggak yakin kakak bisa sembuh dik. Kakak udah parah bahkan kakak udah mau mati
dik”
“kak,kakak jangan bicara kayak gitu. Kakak ngak boleh ninggalina aku sendiri
kak. Kakak bisa sembuh kok. Pasti!”
“gimana caranya dik??”
“coba deh kakak berdoa lagi sama Tuhan,minta kesembuhan kak. Dan baca
Alkitab setiap hari. Hanya padanya ada kesembuhan itu kak. Yesus lah dokter segala
dokter dan tabib segala tabib kak”
“tapi dik..”
“udah kakak lakuin aja yaa,plis dengerin aku kak. Aku ngak mau kehilangan
kakak. Aku janji aku akan sekolah dan sukses. Aku ngak akan ninggalin kakak lagi”
“iyaa dik,kakak janji kakak bakalan dekat lagi dengan Tuhan”
Mulai saat itu terjadi,kehidupanku dengan rey semakin membaik. Rey lulus
sekolah dan keadaanku semakin memulih. Aku menyerahkan hidupku pada Tuhan
meskipun kehidupanku dan masa laluku yang begitu kelam. Aku menerima kembali
Tuhan dalam hidupku. Kami selalu pergi bersama keGereja setiap
minggunya,mengikuti kegiatan kerohanian bahkan sering meminta nasehat kepada
Pendeta.
Sudah 3 tahun kulalui semuanya,adikku sekarang mendapat pekerjaan di
sebuah perusahaan terkenal diIndonesia. Ntah bagaimana ia bisa lulus kuliah dengan
keadaanku yang memprihatinkan. Bahkan aku tidak tahu dia mendapat uang dari
mana. Semua biaya pengobatanku dia yang membayarnya saat aku bertanyaia
mendapat uang dari mana,dia hanya menjawab “dari Tuhan”. Aku belajar dari adikku
apa itu sebenarnya kesetiaan. Aku selalu berdoa untuk kesembuhanku dan satu ayat
yang selalu menguatkanku yaitu “Lukas : 37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahi”.
Sudah Dua tahun berlalu,rey menjadi pengusaha sukses,dan aku sudah
sembuh total dari penyakitku. Muzijat kurasakan setelah aku mengikuti Kristus. Aku
dan adikku memulai hidup yang baru. kami berencana akan selalu bersama meskipun
nanti kami sudah hidup masing-masing karena memiliki pasangan hidup. semua kami
serahkan hidup kami pada Tuhan saja dan orangtua kami pasti bahagia melihat kami
yang selalu bersama dan selalu mengasihi. Setiap bulan kami pergi kekampung untuk
ziarah kemakam orangtua kami,kami bercerita bahkan meneteskan air mata.
Terkadang kami bisa merasakan kehadiran mereka di samping kami.
(EventMadingPA/REG)
†