Minggu, 09 April 2017

Harapan Masih Ada



Apa yang salah dengan waktu? Bukan kah waktu berputar sesuai dengan

sendirinya? Mengapa aku harus menyalahkan waktu dengan keadaanku yang tidak

kuinginin. Hidupku hancur bahkan aku tidak tahu berbuat apa saat aku melihat kedua

orangtua ku tertidur lelap dihadapanku. Nafas terhenti waktunya pun terhenti. Hanya

ucapan selamat tinggal yang kuucapkan. Hatiku sakit,tercabik-cabik,bahkan lukanya

sudah begitu dalam. Kecelakaan itu membuat keluargaku tidak akan bisa kulihat

lagi,hanya adikku yang bertahan dirumah sakit. Sekarang,aku tinggal berdua dengan

adikku,dia masih berumur 9 tahun. Sedangkan aku kelas 3 SMA. Minggu depan aku

akan UN ini adalah awal yang berat bagiku.

“rey bangun dik,sekolah!”

“mama mana ka?papa juga?bukannya setiap hari mama yang bangunin aku?

“udah kamu bangun aja cepat sekolah,ntar mama marah”

“iya ka,tunggu aku berdoa dulu. Aku mau bicara dengan Tuhan”

“terserah kamu tapi cepat,kakak mau siap-siap juga. Kakak hari ini ujian”

“iya kak”

Awal hari tanpa orangtua kujalani dengan adikku,aku menyembunyikan

keaadaan yang sebenarnya. Sekarang tugasku hanya sekolah dan menyelesaikan

sekolahku. Lebihnya aku akan bekerja untuk membiayai sekolah adikku. Kelam kurasa

tapi inilah yang sebenarnya harapanku menjadi dokter tidak mungkin akan kucapai. Ini

adalah batas kesabaranku,aku mulai benci dengan Tuhan. Tuhan tidak adil

denganku,dia memanggil orangtuaku padahal aku masih membutuhkan mereka.

Empat hari berlalu Ujiaanku selesai,dan aku berencana akan mencari pekerjaan

untuk biaya hidup kami. Sebelum adikku pulang sekolah jam 13:00 aku akan mencoba

menjadi pencuci kain dengan gaji harian. Lumayan bagiku mendapatkan uang 50ribu

perhari. Sehingga bisa membeli nasi dan ayam goreng kesukaan adikku. Hari ini aku

mendapat pekerjaan disebuah rumah mewah dan mendapat uang 50 ribu,aku

langsung membeli nasi untuk makan siang nanti sebelum menjemput adikku.

“kak udah seminggu aku ngak lihat mama sama papa,mereka kemana? Aku

kangen kak. Terus ini kok beli nasi bungkus? bukannya mama biasanya masak ayam

kesukaan aku?” memebuka percakapan dimeja makan.

“dek,kamu kenal bibi Ani yang dikampung kan? Mama sama papa kesana

soalnya anaknya nikah. Terus kata papa mereka bakalan cari kerja dan titipin kamu

sama kakak. ”

“oh iya ka,palingan juga lusa pulang kan kak?terus kak bukannya kemaren aku

sama papa mama? Terus waktu kami naik mobil ada mobil besar yang menabrak kami”

“mungkin kamu hanya mimpi dik,udah ngak usah dipikirin kamu makan terus

istirahat ya”

“ tapi kak kenapa kaki dan tanganku diperban?”

“ohh itu,kemaren kan kakak jemput kamu ke tempat bibi Ani terus kita

kecelakaan dijalan dik”

“terus kakak nggak kenapa-kenapa kan?”

“nggak kok dik”

Aku menyembunyikan yang sebenarnya,aku memulai drama hidupku yang terus

kujalani hingga adikku tumbuh dewasa. Aku menjalani skenario Tuhan yang sulit untuk

ku tebak. Sudah 7 tahun kujalani hidupku tanpa orangtua. Aku selalu memikirkan masa

depan adikku bagaimana kedepannya sehingga aku bekerja keras dan mengasilkan

banyak uang. Hingga suatu hari saat dia dewasa dia bertanya padaku.

“hai gadis cantik yang selama ini merawatku,bagaimana kabar papa mama?

Udah lama aku ngak ketemu mereka kak. Kakak bilang mereka ketempat bibi Ani dan

mencari pekerjaan tapi kok ngak pulang-pulang?”

Pertanyaan yang berat bagiku untuk menjawabnya. Aku hanya diam dan tak

berbicara apapun saat itu. Aku meninggalkan adikku diruang tamu dan berlari ke

kamar. Aku menuangkan semuanya isi hatiku di depan foto orangtuaku. Aku

menangis,ingin rasanya aku menjerit tapi ini bukanlah waktu yang tepat.

kulap air mataku dan pergi mengambil minum,saat aku melewati kamar adikku aku

mendengar sesuatu

“Tuhan,udah 7 tahun mama sama papa aku ngak pulang-pulang. Kata kakak

mereka bekerja tapi aku nggak pernah dengar kabar mereka hingga aku dewasa

seperti ini. Apa mereka udah nggak sayang sama aku dan kakak? Bukankah engkau

berkata “Mintalah,maka akan diberikan kepadamu;carilah,maka kamu akan

mendapat;ketoklah,maka pintu akan dibukakan bagimu”? Tuhan aku Cuma minta

pertemukan aku dengan orangtuaku.Aku juga ngak mengerti kenapa kakak nggak

pernah menyebut namamu. Nggak pernah mengajak aku keGereja,ngak pernah suruh

aku baca Alkitab. Bahkan aku belajar agama juga karena diajar sama orangTua

temanku yang pekerjaannya Pendeta.Tuhan aku kangen orangtuaku,mungkin aku

seperti anak kecil yang mengadu padaMu. Tapi aku mau engkau berikan Kakak

kekuatan. Dia udah sekolahin aku hingga aku besar gini. Aku janji Tuhan aku bakalan

jadi orang sukses dan bahagian kakak”

Aku menangis mendengar perkataan adikku,memang aku salah udah jauhin

Tuhan dalam hidupku. Aku melakukan ini karena aku tau aku nggak sanggup

menerima perbuatan Tuhan padaku 7 tahun yang lalu. Aku menyembunyikan

kebenaran pada adikku. Pekerjaanku,bahkan apa yang kulakukan selama bekerja.

Kumasuki kamar adiku dan menepuk bahunya aku menangis bahkan sulit bagiku

berbicara padanya. Tapi akan kucoba untuk mengtaakan sebenarnya.

“hai rey...”

“ehh kak angel..”

“lagi apa kamu?”

“lagi ngadu sama Tuhan kak”

“udah berapa lama kamu ngadu sama Tuhan?”

“sejak aku nggak pernah lihat mama papa kak!”

“ada yang mau kakak omongin,tapi kakak mau kamu jangan benci sama kakak

ya dik. Kakak sayang sama kamu”

“apaan kak?”

“sebenarnyaaa.......”

“yaa...?”

“sebenarnya mama sama papa udah meninggal 7 tahun yang lalu dik”

“apa? Kakak becanda kan? Kakak bilang kalau mama sama papa cuma bekerja”

“nggak dik,dengerin kakak! Kakak minta maaf udah sembunyiin ini semua.

Kakak tau kakak salah”

“kakak jahat....”

Rey pergi,ia meninggalkanku sendirian dirumah,ia pergi berhari-hari. Aku

mencoba mencarinya tapi temannya berkata udah seminggu ia tidak masuk sekolah.

Badanku semakin kurus memikirkan adikku,aku tidak memikirkan makan lagi hingga

suatu ketika aku terjatuh dan temanku membawaku kerumah sakit. Dokter memvonis

aku terkena penyakit leukimia stadium 2. Hancur hatiku semakin pedih kurasakan

hidupku. Aku hanya berbaring ditempat tidur sambil menunggu adikku. Sudah 2 bulan

ia tidak kembali kerumah aku menangis. Sekarang aku hanya bisa bertumpu pada satu

titik yaitu temanku. Hanya dia yang membantuku sejauh ini.

Hari ini aku dirawat,temanku berkata kalau rey datang kerumahku. Aku berharap

dia menemui kakaknya yang jahat ini. Hingga suatu sore saat temanku pergi bekerja

adikku datang dan membuat pilu hatiku. Dia melihat keadaan kakaknya yang buruk

bahkan akan mati.

“kak maafin rey ya,aku tau aku salah udah ninggalin kakak sendirian hingga

kakak kayak gini. Aku pergi selama ini untuk mengetahui sebenarnya kak. Aku tinggal

dirumah bibi Ani dikampung. Aku udah tau semuanya kak. Aku minta maaf ya kak. Aku

mau jagain kakak,aku ngak mau kehilangan kakak setelah kehilangan mama sama

papa kak. Maafin aku kak”

“udah dik ngapapa,kamu harus sekolah lagi yaa,kamu harus sukses. Kakak

nggak yakin kakak bisa sembuh dik. Kakak udah parah bahkan kakak udah mau mati

dik”

“kak,kakak jangan bicara kayak gitu. Kakak ngak boleh ninggalina aku sendiri

kak. Kakak bisa sembuh kok. Pasti!”

“gimana caranya dik??”

“coba deh kakak berdoa lagi sama Tuhan,minta kesembuhan kak. Dan baca

Alkitab setiap hari. Hanya padanya ada kesembuhan itu kak. Yesus lah dokter segala

dokter dan tabib segala tabib kak”

“tapi dik..”

“udah kakak lakuin aja yaa,plis dengerin aku kak. Aku ngak mau kehilangan

kakak. Aku janji aku akan sekolah dan sukses. Aku ngak akan ninggalin kakak lagi”

“iyaa dik,kakak janji kakak bakalan dekat lagi dengan Tuhan”

Mulai saat itu terjadi,kehidupanku dengan rey semakin membaik. Rey lulus

sekolah dan keadaanku semakin memulih. Aku menyerahkan hidupku pada Tuhan

meskipun kehidupanku dan masa laluku yang begitu kelam. Aku menerima kembali

Tuhan dalam hidupku. Kami selalu pergi bersama keGereja setiap

minggunya,mengikuti kegiatan kerohanian bahkan sering meminta nasehat kepada

Pendeta.

Sudah 3 tahun kulalui semuanya,adikku sekarang mendapat pekerjaan di

sebuah perusahaan terkenal diIndonesia. Ntah bagaimana ia bisa lulus kuliah dengan

keadaanku yang memprihatinkan. Bahkan aku tidak tahu dia mendapat uang dari

mana. Semua biaya pengobatanku dia yang membayarnya saat aku bertanyaia

mendapat uang dari mana,dia hanya menjawab “dari Tuhan”. Aku belajar dari adikku

apa itu sebenarnya kesetiaan. Aku selalu berdoa untuk kesembuhanku dan satu ayat

yang selalu menguatkanku yaitu “Lukas : 37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahi”.

Sudah Dua tahun berlalu,rey menjadi pengusaha sukses,dan aku sudah

sembuh total dari penyakitku. Muzijat kurasakan setelah aku mengikuti Kristus. Aku

dan adikku memulai hidup yang baru. kami berencana akan selalu bersama meskipun

nanti kami sudah hidup masing-masing karena memiliki pasangan hidup. semua kami

serahkan hidup kami pada Tuhan saja dan orangtua kami pasti bahagia melihat kami

yang selalu bersama dan selalu mengasihi. Setiap bulan kami pergi kekampung untuk

ziarah kemakam orangtua kami,kami bercerita bahkan meneteskan air mata.

Terkadang kami bisa merasakan kehadiran mereka di samping kami.

(EventMadingPA/REG)

                                                                 

                                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar